Selasa, 17 Januari 2017

ANSOSPED

SOSIOLOGI PEDESAAN 

PENDAHULUAN 
PENGERTIAN SOSIOLOGI PEDESAAN 

Sosiologi berasal dari dua buah kata yaitu : 
  • Sosio   : teman, kawan/ sahabat/ masyarakat.  
  • Logos  : Ilmu
Jadi, Sosiologi yaitu : Suatu ilmu yang mempelajari hubungan teman dengan teman, teman dengan masyarakat, atau masyarakat dengan masyarakat. 

Jadi, sosilogi pedesaan yaitu, Suatu ilmu yang mempelajari hubungan masyarakat di daerah pedesaan. Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita harus mengenal dulu bagaimana ciri-ciri masyarakat desa dan sifat masyarakat desa. 

Ciri-Ciri masyarakat desa :  
  1. Homogenitas  
  2. Kebersamaan yang tinggi  
  3. Komunikasi yang sama/ sandi   
  4. Adat istiadat/ kebiasaan yang sama      
Sifat masyarakat desa :
  1. Udik/ gawah 
  2. Pola pikir sederhana dan sempit 
  3. Kurang merhargai waktu 
  4. Kurang terbiasa hidup hemat 
  5. Sulit menerima orang lain 
  6. Tokoh informal lebih dominasi (ulama) 
  7. Ridwalmegis yang kuat (keyakinan terhadap suatu kepercayaan, agama

BAB I 
MASYARAKAT DESA DAN PERKEMBANGANNYA  

A. TIPOLOGI MASYARAKAT DESA 
Topologi desa yang dilihat dari pola pemukiman, meliputi :

  • Farm village type, yaitu : Suatu desa dimana orang berdiam di sawah bersama      dalam suatu tempat dengan sawah dan ladang yang berada di sekitarnya. Tipologi desa seperti ini kebanyakan terdapat di daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, khususnya Pulau Jawa.

  • Nebulous Farm village type, yaitu : Suatu desa yang ditempati sebagian orang dan sebagian lagi menyebar keluar tempat dengan sawah dan ladangnya. Tipologi desa seperti ini kebanyakan terdapat di daerah Asia Tnggara, termasuk Indonesia, khususnya daerah Sulawesi Selatan,Pulau Jawa. 
  • Arranged Isolated Farm type, yaitu : Suatu desa dimana sebagian orang berdiam disekitar jalanalanyang berhubungan denganTrade center (T.C.) dan selebihnya adalah sawah ladang mereka . tipologi desa  yang demikian ini,kebanyakan terdapat di negara – negara barat.

  • Pure isolated farm type  yaitu  : desa di mana orang berdiam tersebar bersama sawah dan ladang nya . ipologi ini  terdapat di nedara barat.
Tipologi desa di lihat dari perkembangan masyarakat : 
  • Desa tradisionil  (pra desa) tipe desa semacam ini kebanyakan kita temukan pada masyarakat suku-suku terasing , dimana seluruh  kehidupan masyarakatnya, termasuk teknologi bercocok tanam, cara-cara pemeliharaan kesehatan, cara memasak makanan masih sangat tergantung pada pemberian alam sekeliling mereka. 
  • Desa Swadaya Pada type desa ini masyrakat masyrakatnya sangat tergantung pada ketrampilan dan kemampuan pemimpinnya.Kehidupannaya terganyung pada faktor-0faktor alam yang belum diolah dan dimanfaatkan dengan baik.Susunan klas dalam masyarakat masih bersifat statis dan vertikal serta kedudukan seseorang dinilai menurut keturunan dan keluasan tanah. 
  • Desa Swakarya ( Desa Peralihan )   Keadaan desa ini sudah mulai disentuh anasir-anasir dari luar berupoa adanya pembahruan yang sudah mulai dirasakan oleh anggota masyrakat. Benih-benih demokrasi sudah mulai tumbuh,artinya sudah tidak tergantung pada pimpinan saja  
  • Desa Swasembada Pada desa ini masyarkatnya sudh maju,mereka sudh mengenal mekanisasi pertanian dan tekhnologi ilmiah. Unsur partisipasi masyarakat  sudah efektif, dan norma-norma penilaian sosial selalu dihubungkan dengan kemampuan seseorang. 
  • Desa pancasila Desa ini adalah desa yang sangat maju dibandingkan desa-desa sebelumnya. Desa semacam ini merupakan tipe ideal yang dicita-citakan bersama yaitu dengan tercapainya masyarakat adil dan makmur.  

B. SALING KETERGANTUNGAN DESA - KOTA 

Tentang hubungan antara manusia dalam masyarakat kota oleh Gist dan Fava dalam bukunya urbani society mempunyai dimensi antara lain 
  1. Hubungan atau pergaualan sosial yang sifatnya berdasar aturan-aturan atau norma-norma keluarga, kasta, suku-suku bangsa dan badan-badan agama
  2. Hubungan atau pergaulan sosial yang sifatnya ditentukan lembaga-lembaga politik, ekonomi dan hukum atau lembaga-lembaga lain yang formil sifatnya
  3. Hubungan atau pergaulan sosial yang sifatnya ditentukan oleh berbagai bentuk asosiasi suka rela.

ASOSIASI  

Asosiasi adalah Kelompok Yang Dibentuk Untuk Mencapai Tujuan Institusi Asosiasi ini memiliki beberapa bentuk ialah ada yang berbentuk informal dan juga berbentuk formal.  
Asosiasi Informal mempunyai ciri-ciri antara lain :
  • Pergaulan sesama anggota sangat intim
  • Bukan untuk alat mencapai tujuan karena organisasi berasosiasi sendiri    merupakan  tujuan.
  • Terdapat situasi yang premisive ( situasi yang menyenangkan tidak kaku ) .
Asosiasi  formal dengan ciri-ciri: 
  • Peranan dan fungsi anggota-anggota jelas
  • Individu-individu tertentu memiliki kekuasaan
  • Adanya kreteria-kreteria kanggotan tertentu
  • Terdapat tujuan tertentu yang hendak dicapai. 
Pada hakekatnya terjadinya interaksi (ketergantungan) antara hubungan kota dengan desa terjadi karena adanya unsur-unsur dai dalam desa itu sendiri maupun didalam kota itu sendiri.  
Sifat ketergantungan antara masyarakat desa dan masyarakat kota dapat dilahat dalam hal sebagai berikut :
  1. karena kota meupakan tempat pemasaran hasil-hasil pertanian , kerjinan, perikanan serta perternakan sekaligus sebagai tempat mereka mendapatkan benda-benda pemuas kebutuhan hidup.
  2. Kota merupakan tempat dimana terdapat sarana-sarana pendidikan yang dibutukan oleh orang desa.
  3. Kota merupakan empat memperoleh apangan kerja agi orang-orang desa.

Sedangkan ketergantungan antara kota dengan desa itu sendiri adalah sebagai beikut :
  1.  sebagai suplier  bahan bahan pertanian, perikanan, kerajinan ataupun perternakan sebagai kebutuhan masyarakat kota.
  2. Sebagai suplier bahan-bahan mentah atau bahan baku bagi industri atau pabrik-pabrik dan proyek-proyek.
  3. Sebagai tempat pemasaran hasil-hasil industri .
  4. Sebagai sumber tenaga kerja bagi industri-inustri, pabrik-pabrik dan lain-lain.
Bilamana hubungan desa dan kota dilihat dari sudut dinamikanya maka disini dapat dilihat ada pengaruh yang cukup dominan dai masyarakat kota atas masyarakat desa. 
Pengaruh ini dapat dilihat lewat timbulnya gejala-gejala yang ada dalam masyarakat desa, antara lain :
  1. Adanya ketidak seimbangan dalam beberapa aspek kehidupan didesa.
  2. Adanya pertentangan antara tradisi dengan keadaan yang sedang berkembang.
  3. Lembaga-lembaga tradisional tidak mampulagi memenuhi kebutuhan masyarakat desa.

BAB II 
LEMBAGA FUNGSIONAL DALAM MASYARAKAT DESA DAN STRATIFIKASI SOSIAL

A. LEMBAGA-LEMBAGA SOSIAL DI DESA 

Proses terjadinya lembaga sosial  
  1. Pertahanan diri ( self preservation ) yaitu : adanya hasrat untuk berjuang
  2. Keturunan ( self perpetuation ) yaitu :mempertahankan ras.
  3. Self expression yaitu : ekspresi dari susunan biologis manusia yang tampak dalam berbagai keaktifan manusia. 
Tujuan dari lembaga sosial 
Untuk memenuhi kebutuhan pokok dari pada manusia yang bermacam-macam sehingga menghasilkan macam-macam lembaga untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Fungsi dari lembaga sosial
  •  memberi pedoman pada anggota masyarakat bagaimana penyelesaian masalah yang dihadapi.
  • Menjadi keutuhan dari masayarakat yang bersangkutan.
  • Memberikan pegangan pada anggota masyarakat.

B. LEMBAGA KEPEMIMPINAN  

  1. Pimpinan Charismatis yaitu pimpionan yang memiliki kesaktian dari tuhan yang maha esa.
  2. Pimpinan tradisionil yaitu pengakuan akan tradisi yang didasarkan pada keturunan  
  3. Pimpinan rasional ( legalistik ) yaitu pimpinan yang didasarkan pada pendidikan formal dengan kata lain memlalui jenjang pendidikan formal.

C. LEMBAGA KELUARGA 

Keluarga sebagai institusi adalah merupakan pola-pola tingkah laku yang berhubungan dengan fungsi-fungsi untuk melahirkan atau menurunkan keturuna dan berfungsi sebagai kelengkapan masyarakat didalam membentuk warga yang mencermimnkan identitas setempat

D. LEMBAGA KETETANGGAAN DAN KEAGAMAAN 

Adapun hal-hal yang menjadi kan pengawasan sosial itu efektif, yaitu :
  • Adanya sosial continuity ( kelangsungan sosial )
  • Adanya faktor kerja 
  • Adanya perasan sentimen

STRATIFIKASI SOSIAL PADA MASYARAKAT DESA 

Stratifikasi sosial berasal dari  kata yaitu : Stratum atau strata yang artinya lapisan, jadi stratifikasi sosial yaitu Pembedaan penduduk atau masyuarakat kedalam klas-klas secara bertingkat ( hioerrarchis ). 
Dasar terbentuknya stratifikasi sosial adalah : 
  1. Tak ada keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban.
  2. Kurang terpenuhinya kebutuhan dari pada manusia
  3. Adanya kekuatan sosial yang mempengrahi anggota masyarakat
Tiga bentuk pokok dari stratifikasi ini yang diklasifikasikan atas :
  1. Bidang ekonomi 
  2. Bidang politik
  3. Pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat
Dua hal yang mempengaruhi sistem stratifikasi dalam masyarakat ;
  • Terjadi dengan sendirinya berbarengan denganproses pertumbuhan masyarakat iotu sendiri
  • Terjadi karena sengaja disusun menjadi sesuatu tujuan bersama 
Sifat stratifikasi sosial :
  1. Tertutp (closed social stratifikation ) Karena disini tidak memungkinkan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain secara vertikal dan horizontal, kecuali kelahiran.
  2. Terbuka (open social stratification ) dimana setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berusaha dengan kemampuan untuk naik menempati lapisan yang diatas atau sebaliknya. 
Ukuran seseorang agar bisa masuk kelapisan tertentu dalam masyarakat memiliki kriteria yaitu :
  • ukuran kekayaan  Dapat dilihat dari bentuk rumah dan lain-lain
  • Ukuran kekuasaan
  • Ukuran kehormatan
Ukuran ilmu pengetahuan Secara sosiologis ada tiga cara untuk menggolongkan pelapisan sosial yang ada:
  1.  Approach Objective  Membagi masyarakat menurut kebutuhan objektif seperti income, pendidikan, mata pencaharian
  2. Subyektif Dengan menggolongkan masayarakat keatas lapisan sosial berdasarlan ukuran subjektif dari anggota masyarakat
  3. Repulational aproach Orang yang menggolongkan masyarakat kedalam sejumlah lapisan si\osia berdasarkan penilaian hakim 
Pada umumnya masyarakat memperkembangkan tiga macam status yaitu :  
  • ASCRIBED STATUS (status bawaan) Status yang mana berhubungan dengan kelahiran, Misalnya : kedudukan sebagai bangsawan, lalu anaknya juga menjadi bangsawan.       
  • ACHIEVED STATUS (status yang diperjuangkan) Kedudukan seseorang dicapai dengan usaha-usaha yang disengaja, misalnya : tingkat jabatan tertentu yang dicapai melalui pendidikan, atau menjadi pengusaha yang sukses, melalui uasaha yang gigih/ulet.       
  • ASSIGNED STATUS (status yan diberikan) Status ini punya hubungan yang erat dengan achieved status, dalam arti bahwa sekelompok masyarakat memberi kedudukan yang lebih tinggi pada seseorang yang berjasa atau yang lebih memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kelompok masyarakat. 
Dalam perkembangan masyarakat desa digolongkan menjadi tiga lapisan/ stratifikasi yaitu : 
  1. Lapisan I : Lapisan elit yang selain memiliki cadangan pangan, juga memiliki modal cadangan pengembangan usaha.
  2. Lapisan II : Mereka yang memiliki cadangan pangan saja.
  3. Lapisan III : Mereka yang tidak memiliki baik modal cadangan pangan maupun pengembangan usaha ( masyarakat dibawah garis kemiskinan ) 

BAB III 

PERUBAHAN SOSIAL DI PEDESAAN, URBANISASI DAN TRANSMIGRASI

PERUBAHAN SOSIAL DAN INOVASI DI PEDESAAN  

Faktor perubahan dalam masyarakat 
  1. Dari masyarakat itu sendiri Seperti : Cara berfikir manusia yang akan terus berkembang seiring perubahan zaman dan kesadaran akan adanya keterbelakangan. 
  2. Dari luar masayarakat (lebih dominan) Seperti : Masuknya ilmu pengetahuan & tekhnologi baru dan kebudayaan serta tradisi dari masyarakat luar yang masuk ke dalam masyarakat tersebut. 
Lebih jelas lagi tentang perubahan ini dikemukakan oleh Havens. A. Eugene mengatakan bahwa : 
  1. Communication : Dimana transmisi sarana-sarana fungsional untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan baru. 
  2. Relative deprivation : timbulnya perasaan bahwa, yang baru lebih baik dari apa yang sudah ada/ lama. 
  3. Voluntary Organization : Timbulnya pengelomppokan yang sifatnya bebas,dengan ikatan-ikatan kepentingan tertentu yang melakukan fungsi meneraokan alternatif baru.  
Dilihat dari proses perubahan itu sendiri memiliki tahapan tertentu, ( Rogers 1963 : 3 ) 
  • Invention 
Yaitu proses perubahan yang mana suatu ide baru diciptakan dan dikembangkan didalam masyarakat. 
  •  Diffusion yaitu suatu proses dalam mana ide-ide baru tersebut  disampaikan melalui suatu sistem-sistem hubungan sosial tertentu 
  • Consequence Yang merupakan proses perubahan yang terjadi di dalam, sistem masyarakat tersebut, sebagai hasil dari adopsi (penerimaan), maupun penolakan (rejection) terhadap ide-ide baru. 
Jika dikaji lebih dalam lagi perubahan yang terjadi pada masyarakat itu sendiri ada 4 kategori : (schoorl 1980 : 252 - 253) 
  1. Mereka yang tidak menyetujui keadaan  Yaitu mereka yang selalu menolak keadaan tertentu walaupun itu mungkin dalam hati saja, diakibatkan karena pendidikan dan pengetahuan tertentu. 
  2. Mereka yang acuh tak acuh ( masa bodoh ) Yaitu mereka yang belum mengikuti kebiasaan atau tidak merasa terikat olehnya. Atau orang-orang yang tidak langsung terlibat didalam kebiasaan tertentu karena mereka tidak termasuk sub kultur dimana kebiasaan itu berlaku. 
  3. Mereka yang tidak  puas Yaitu mereka yang merasa terasing setelah berkenalan dengan alternatif lain setelah semula mengikuti kebiasaan tertentu. 
  4. Mereka yang mengandung rasa dendam Mereka ini sebenar nya setuju dengan keadaan masyarakat dan kebudayaan yang ada, akan tetapi mereka tidak puas dengan kedudukan mereka di dalamnya. 
Kalau kita melihat  dalam proses penerimaan ide-ide baru ( proses adopsi ) dilukiskan didalam istilah-isrilahdari berbagai model bervariasi dari 3 sampai 7 tingkatan salah satunya dikemukakan oleh SINGH ( 1965 ) berdasarkan keadaan di india terdiri dari 7 tingkatan yaitu :
  1. Need, kebutuhan; tingkatan ketidakpuasan bilamana seorang individu mengubah praktek-praktek yang ada. 
  2. Awareness, pengetahuan;seorang individu hanya mengetahui tentang pembaharuan tanpa mengetahui seluk-beluknya. 
  3. Interest, kepentingan; mengetahui lebih banyak pengetahuan. 
  4. Deliberation, pertimbangan yang matang; mempertimbangkan mencoba atau tidak. 
  5. Trial, percobaan; menggunaka sebagian dari pembaharuan, atau kadang-kadang sepenuhnya.
  6. Evaluation, pernilaian individu menilai penyelenggaraan penbaharuan. 
  7. Adoption, pemilikan; keputusan untuk menggunakan praktek-praktek pasda dasar berkelanjutan. 
Pada setiap tingkatan adopsi memerlukan sumber berita sebagai berikut : 
  1. Change agent ( tenaga perantara/ pembaharu ) pada tingkat desa, beberapa media massa penting sebagai sumber didalam tingkatan kebutuhan 
  2. Awareness/ pengetahuan sunber yang paling penting adalah media massa dan petani-petani yang lain. 
  3. nterest, /kepentingan sumbangan-sumbangan sumber yang resmi misalnya badan penyuluh.
  4. Deleberation,/ pertimbangan yang matang sumber-sumber perseorangan yang bersifat informal, termasuk anggota keluarga. 
  5. Trial/ percobaan, praktek kebutuhan pokok untuk komersilyang bersifat sederhana tidak diperlukan adanya komunikasi.  
  6. Evaluation/ penilaian, rekan-rekan petani dan tetangga-tetangga sumber komunikasi yang utama. 
  7. Adoption, pengalaman pribadi merupakan sumber yang utama. 
Dari segi waktu yang mana mereka ini dapat dibedakan dalam 5 kategori ( Rogers 1969 ) antara lain :  
Innovators Kelompok yang pertama kali dan berani untuk m,encoba inovasi tanpa mempertimbangkan kerugiannya. Ciri-ciri :  
  • Lingkungan kenalannya kosmopolitis, artiya ia memiliki hubungan yang lebih banyak di luar masyarakatnya sendiri.
  • Memilik pendidikan yang agak tinggi
  • Sanggup menerima resiko dari anggota masyarakat lama disebabkan karena kedudukanekonomiya.
  • Hubungan dalam sistem sosialnya terbatas
Early Adopters Kelompok yang masih mempertimbangkan ganti untung rugi dari suatu inovasi. Ciri-ciri : 
  • Tidak kosmopolitis, tetapi lokal  
  • Banyak yang opinion leader 
Early Majority Kelompok ini lebih moderat dalam pertiombangan dalam peneri,aan inovasi. Ciri-ciri :
  • Sangat hati-hati 
  • Banyak kenalan dengan kelompok kedua dan orientasinya lebih condong pada mereka
  • Adopsi inovasi didasarkan atas contoh golongan itu. 
Late Majority Kelompok penerima lambat Ciri-ciri : 
  • Punya kemauan lambat 
  • Mengikuti apa yang disetujui oleh pendapat umum dan telah diterima oleh kebanyakan orang. 
Laggard Mereka golongan yang terlambat Ciri-ciri :
  • Orientasi pada masa lampau 
  • Tradisi dan kebiasaan menjadi ukurannya. 
Dalam hal ini kita dapatkan ciri dari inovasi yang oleh Rogers and Burdge ( 1972 ) sebagai berikut : 
  1. Inovasi itu harus memiliki suatu keuntungan relatif Membuktikan keunggulan inovasi tadi dibandingkan dengan barang-barang yang sudah ada sebelumnya. 
  2. Compatibility Maksudnya sejauh mana gagasan baru itu sesuai dengan nilai-nliai masyarakat. 
  3. Complexity ( kekompleksan ) Jika inovasi terlalu rumit dan orang yang perlu mempelajari prosedur-prosedur baru yang terlalu banyak. 
  4. Divisibility   Maksudnya dapatkah inovasi dicoba secara terbatas. 
  5. Communicability (Observability) – Dapat diamati.  Ada benda-benda atau hal-hal dengan mudah dapat dilihat dan diceritakan dari orang yang satu ke orang yang lain. Bilamana suatu inovasi yang telah diterima dan kemudian, orang menokanya, maka tindakan yang demikian itu disebut : Discontinuance.

URBANISASI DESA – KOTA 


Pengertian Urbanisasi mengandung arti yang bermacam-macam antara lain seperti apa yang dikemukakan Schoorl (190 : 263) sebagai berikut : 
  • Arus pindah ke kota. 
  • Bertambah besarnya jumlah tenaga kerja non agraria di sektor Industri dan sektor tersier. 
  • Tumbuhnya pemukiman menjadi kota. 
  • Meluasnya pengaruh kota di aerah pedesaan mengenai segi ekonomi, sosial, kebudayaan dan psykhologi. 
(Arus pindah ke kota atau dengan kata lain perpindahan penduduk dari desa ke kota = Urban Ward Migration atau Population Shift). 
Para ahli demograsi pada umumnya cenderung unutk meggunakan faktor-faktor daya penarik dan daya pendorong (Push and Pull Factor).  
Faktor-faktor pendorong bagi penduduk desa meninggalkan tempat kediamannya (Push Factor) adalah : 
  • Lapangan kerja yang relatif sangat langkah,yang ini ada hubungannya dengan Man Land Ratio yang timpang. 
  • Di desa tidak ada kesepatan untuk menambah pengetahuan. 
  • Penduduk desa terutama kaum mudanya, merasa tertekan oleh adat  istiadat yang menyebabkan cara hidup yang ada monoton saja.Bagi penduduk desa yang ingin mengembangkan keahlian (pengembangan skill).
  • Rekreasi sebagai salah satu faktor penting di bidang spiritual sangat kurang, kalaupun ada sangat lambat pekembangannya. 
Sedangkan faktor-faktor penarik dari kota (Pull Factor) yang menjadikan, penduduk desa datang ke sini adalah : 
  • Penduduk desa kebanyakan dihinggapi anggapan bahwa di kota banyak tersedia lapangan pekerjaan atau kota sebaai pasaran tenaga kerja. 
  • Kota merupakan pusat fasilitas. 
  • Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupajan tempat pergaulan dari segala macam orang dari pelbagai lapisan. 
  • Kota merupakan tempat untuk dapat mengembangkan Skill atau semi Skill yang sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. 
Dalam pengambilan keputusan dan perwujudannya berupa tindakan untuk bermigrasi ke kota, telah melalui suatu proses kognitif yang kompleks.Hal ini karena dalam proses kognitif itu telah terjadi dalam diri di pelaku hal-hal sebagi berikut : 
  • Faktor-faktor di atas (Pull an Push Factor) telah diinteprestasikan. Sehingga interpretasi inilah yang ada dalam sistem pengetahuan (Cognitif system) si pelaku.
  • Interprestasi tersebut di atas disesuaikan dengan kebutuhan yang dirasakan. 
  • Kebutuhan untuk dapat tetap dapat melangsungkan kehidupannya (Survival) (Suparlan 1980 :7). 
Hal lain yang merupakan impikasi negatif daripada urbanisasi adalah apa yng disebut sebagai “Housing Problem” yaitu : 
  1. Rumah-rumah permanen dengan kondisi MCK yang buruk, yang letaknya berdampingan satu sama lain, dengan luas tempat tinggal terbatas dankesehatan yang sangat buruk. 
  2. Dengan keadan yang seperrti diatas, akan membawa pengaruh buruk bagi perkembangan jiwa anak (kenakalan remaja) dan hubungan ketetanggaan yang tidak harmonis. Timbul juga masalah kriminalitas. 
Pengaruh urbanisasi, tidak saja membawa hal negatif bagi masyarakat tempat mereka bermukim. Desa yang ditinggalkan terlihat hal-hal sebagai berikut : 
  • Hilangnya tenaga muda sebagai tenaga potensial bagi pembangunan di desanya. 
  • Terjadinya perubahan dalam keluarga seperti (Hubungan anak-ayah relatif menjadi renggang). 
  • Timbulnya pendidikan anak yang matriachat. Artinya pendidikan anak-anak diperoleh darii saja. 
  • Juga terjadi krisis mora di kalangan masyarakat yang bersangkutan.  
 Bentuk Mobilitas Desa ke Kota 
Mobilitas penduduk memiliki beberapa bentuk sebagaimana dikemukakan oleh Mantra (1980 : 20 – 22) sebagai berikut :
  • Commuting (ngalaju). Ini adalah entuk mobilitas penduduk dari desa ke kota atau daerah ain, dan kembali ke tempat asal pada hari yang sama. Jadi kaum penglaju ini bertempat tinggal di desanya dan tidak menetap dikota. Di sini ada pertimbangan dari kaum penglaju antara lain : 
  1. Alasan ekonomi. Dengan bertempat tinggal di desanya biaya hidup lebih murah.
  2. Alasan Nir ekonomi. Dengan nglaju mereka dapat berkumpul dengan sanak saudaranya di desa. 
  • Circulation (Sirkulasi). Ini adalah bentuk mobiitas peduduk dari desa ke kotaatu ke daerah lain, dalam jangka waktu lebih dari satu hari.  Ada dua macam mobilitas sirkulasi yang menuju ke kota. a. Mobilitas Musiman.
  1. Mobilitas musiamn inierat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan di bidang pertanian, terutama padi sawah.  
  2. Mobilitas yang terdorong oleh perbaikan kehidupan ekonomi, atau untuk sekolah. Mobilitas semacam ini, terutama tertuju ke kota-kota besar.
  • Migrasi. Ini merupakan bentuk perpindahan penduduk dari desa ke kotaatau ke kota atau ke daerah ain dengan maksud untuk bertempat menetap di daerah tersebut. 
Perilaku Migran (Yang Permanen dan Nir Permanen). Umumnya para migran yang berasal dari daerah yan sama, cenderung untuk mengelompok pada daerah tertentu di kota. Secara sosiologis, adanya perasaan se-daerah asal (gemeinscahf of locality sesama mereka.

Ada beberapa keuntungandengan adanya jalinan hubungan antara para migran dengan daerah asalnya :
Pertama : Mereka merupakan sumber informasi tentang terdapatnya lowongan pekerjaan di kota. 
Kedua     : Mereka dapat menjadi penghubung (koneksi dalam mencari pekerjaan. 
Ketiga     : Merupakan sumber informasi dan perantara dalam mencari pekerjaan.

TRANSMIGRASI 

A. Macam-macam Transmigrasi.  
  • Transmigrasi Umum. 
  • Transmigrasi Spontan. 
  • Transmigrasi ABRI. 
B. Beberapa Hambatan Dalam Transmigrasi. 
  • Adanya keterikatan manusia dengan tanah kelahiran. 
  • Adanya sikap “Nrimo” yang didasari dengan perasaan yang tidakpasti dan tak berdaya. - Tidak luasnya kekerabatan.  
Pada daerah penerima hambatannya adalah  
  • Orang-orang tempat menerima transmigrasi, menganggap bahwaorang pendatang adalah : mereka yang mengganggung, merampas hak-hak milik para leluhur yang oleh orang setempat dipelihara dengan baik.
  • Adanya benturan-benturan nilai antara masyarakat pendatang dan masyarakat penerima. Benturan semacam ini, mengakibatkan konflik baik yang sifatnya persuasif sampai pada yang bersifat koersif.     
Upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan minat transmigrasi selama ini,  Menyediakan sarana dan prasarana yang memudahkan para transmigrasi. Tetapi pada kenyataannya lainyang diharapkan seperti :

  • Kebanyakan lahan yang disediakan belum merupakan lahan yang siap pakai. 
  •  Terjadinya perselisihan megenai status tanah yang digarap. 
  • Seringkali jatah makan selama merela belum menghasilkan di salah gunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.    
C. Beberapa Pendapat / Pemikiran yang bermanfaat bagi melancarkan Program Transmigrasi 
Pendapat yang bermanfaat ini antara lain :
  • Harus memberiakn penerangan yang jujur, menyeluruh dan terus terang. 
  • Diadakan penerangan dengan sisitem pembanding. 
  • Harus ada kesepakatan dan koordinasi antara daerah pegirim dan penerima transmigrasi. 
  • Tumbuhkan alternatif lain, dalam hal lewat pendidikan (formal aupun informal), atau pendidikan masyarakat. 
  • Mengubah cara berpikir yang “sentripetal” menjadi cara berpikir yang “sentrifugal”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Anda Disini

Postingan Terbaru

TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII

 TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII      Telah dilaksanakan kegiatan Temu Wicara Kenal Medan XXXII pada tanggal 6 - 12 Juni 2022 di Tasikmalaya t...