Selasa, 30 Agustus 2022

EKSPEDISI 10 PUNCAK KAWASAN BANDUNG BARAT SUMEDANG GARUDA SAILENDRA

PRESS REALESE EKSPEDISI 10 PUNCAK KAWASAN BANDUNG BARAT SUMEDANG DAN SUBANG GARUDA SAILENDRA

Kegiatan pengembaraan ini dinamakan “Ekspedisi 10 Puncak Kawasan Bandung Barat, Sumedang dan Subang Angkatan X Garuda Sailendra SATRIAPELA” yang dilaksanakan selama 7-8 hari, di kawasan Pegunungan Kabupaten Bandung Barat, Sumedang, dan Subang. Bentuk kegiatanya berupa Ekspedisi 10 Puncak dengan output meliputi : Pemetaan jalur, Perintisan Jalur, Ansosped dan Survival. Kegiatan ini diikuti oleh 5 peserta akan melakukan kegiatan dijalur Puncak Pasir Buleud, Puncak Bukit Tunggul, Puncak 1890 mdpl, Puncak Sanggara, Puncak Putri, Puncak Ipis, Puncak 1744 mdpl, Puncak 1804 mdpl, Puncak Puncak Pangparang, Puncak Palasari.

Kegiatan pengembaraan ini dimulai dari Hari Jumat, 13 November 2020, dilakukan upacara pelepasan di kampus ARS University pada pukul 15.00 WIB, lalu setelah itu bersiap siap mengemas seluruh logistik untuk melanjutkan perjalanan menuju Kampung Pasir Angling. Setelah tiba di Kampung Pasir Angling melakukan kegiatan Antropologi Sosiologi Pedesaan, penulis bertanya banyak hal tentang keadaan wilayah sekitar juga adat istiadat dan juga jalur yang akan dilalui pada kegiatan ekspedisi ini kepada warga setempat, dan penulis juga ikut menginap semalam dirumah warga setempat. Hari Sabtu, 14 November 2020 bersiap dan melakukan sarapan terlebih dahulu, setelah itu berpamitan kepada Bapak Yoman selaku pemilik rumah juga mengucapkan terimakasih karena telah bersedia menampung. Pada pukul 07.05 WIB  memulai perjalanan, dimulai dari Bumi Perkemahan Bukit Tunggul, penulis melihat Puncak Pasir Buleud dan Puncak Bukit Tunggul lalu dilakukannya Resection dan diperoleh titik koordinat tempat 107˚49”10’BT dan 06˚42’4”LS, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Puncak Pasir Buleud dengan mengikuti jalur yang sudah ada yang sering dilalui warga sekitar juga masih bisa digunakan kendaraan motor. Pada jalur menuju Puncak Pasir Buleud menemukan sungai yaitu pada saat langkah ke 818 lalu mengisi kompan untuk persediaan air. Mereka tiba di Puncak Pasir Buleud pada pukul 09.30 WIB. Setelah tiba di Puncak Pasir Buleud merka melakukan istirahat sekitar setengah jam selanjutnya akan melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bukit Tunggul.

Perjalanan menuju Puncak Bukit Tunggul merupakan perjalanan paling rumit selama kegiatan pengembaraan dilapangan berlangsung. Perjalanan dimulai dengan berjalan ke arah 95˚ dari Puncak Pasir Buleud lalu berjalan mengikuti punggungan, setelah itu berpindah punggungan. Setelah berpindah punggungan penulis dan tim melakukan perintisan jalur dari lereng hingga menuju puncak Gunung Bukit Tunggul sampai, karena saat menuju ke puncak penulis dapat menemukan jalur sehingga penulis berjalan mengikuti jalur. Perjalanan menuju Puncak Bukit Tunggul ditempuh selama 9 jam, penulis tiba di Puncak Bukit Tunggul pada ketiga, yaitu Hari Minggu, 15 November 2020, karena saat melakukan perintisan waktu sudah mulai malam, lalu penulis memutuskan mendirikan bivak semi di lerengan Bukit Tunggul dengan titik koordinat 107˚43’19” BT dan 06˚48’40 LS dengan suhu 23,3 C pada pukul 12.25 WIB. Hari Minggu, 15 November 2020 melakukan melakukan sarapan pagi dan pemanasan dan bersiap untuk melakukan perjalanan pada pukul pada hari itu penulis masih harus melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bukit Tunggul. setelah menempuh waktu sekitar 4 jam lebih penulis tiba di puncak Bukit Tunggul pada pukul 12.25 WIB dengan suhu 22.3 C sebelum itu kami melakukan istirahat selama setengah jam.

Pada pukul 12.25 WIB lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju puncak 1890 mdpl atau yang kami sebut dengan “Puncak Masker” karena dipuncakan tersebut mereka melihat masker menggantung diatas pohon yang ada dipuncak tersebut, selanjutnya berjalan ke arah 120˚ dari Puncak Bukit Tunggul lalu berjalan menuruni punggungan, sampai pada langkah 3710 langkah lalu berpindah punggungan ke arah 60˚ dan tiba di Puncak Masker pada pukul 14.15 WIB dengan suhu perjalanan dari puncak Bukit Tunggul ke Puncak Masker ditempuh sekitar 2 jam.

Setelah tiba di Puncak masker lalu  melanjutkan perjalanan ke arah 90˚ dengan mengikuti jalur yang mereka  lalui selama kegiatan Pendidikan Lanjutan X hingga tiba di ketinggian 1744 mdpl atau terkenal dengan sebutan “Taman Survival” mereka memutuskan untuk mendirikan bivak di tempat tersebut dengan titik koordinat  107˚44’39” BT dan 06˚48’46” LS dengan suhu 16˚ C pada pukul 18.33 WIB, ditempat tersebut dapat dijumpai aliran mata air. Hari Senin, 16 November 2020 mereka bersiap untuk melanjutkan perjalan menuju Puncak Sanggara. Jalur menuju Puncak Sanggara lumayan rumit karena jalur curam mereka harus menaiki punggungan dan berpegangan pada akar. Perjalanan dari tempat camp 2 menuju Puncak Sanggara ditempuh sekitar 2 jam, mereka tiba di Puncak Sanggara pada pukul 09.15 WIB lalu melakukan istirahat sekitar 15 menit.

Setelah tiba di Puncak Sanggara selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Puncak Putri diawalai dengan menuruni punggungan lalu mengikuti jalur yang sudah ada. Perjalanan di tempuh selama 65 menit, mereka tiba di Puncak Putri pada pukul 10.35 WIB.

Setelah tiba di Puncak Putri lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju Puncak Ipis penulis berjalan ke arah 42˚ derajat menuruni punggungan Puncak Putri, namun karena jalur yang akan dilalui sangat curam maka melipir kesebelah kanan. mereka melakukan perintisan jalur dipunggungan Puncak Putri hingga berada dijalan buntu karena sampai di depan jurang yang sangat curam. Lalu mereka mengamati keadaan alam sekitar, saat itu cuaca sedang hujan lalu sambil menunggu hujan reda mereka melakukan briefing, dan memutuskan melanjutkan perjalanan dan menuruni punggungan sebelah kiri dan melakukan perintisan jalur hingga menemukan punggungan. Selanjutnya menuruni punggungan jalur tersebut sangat curam juga sangat licin,  berjalan menuruni punggungan untuk mencari punggungan Puncak Ipis, namun jalur sangat rimbun dan curam. Selanjutnya melakukan briefing dan memutuskan untuk mengganti jalur pengembaraan dengan memindahkan sudut pergerakan ke arah 75˚. Selanjutnya  melanjutkan perjalanan dan mengganti Puncak Ipis dengan Puncak 1799 mdpl atau yang kami sebut “Puncak Halu” karena saat perjalanan mereka merasa halusinasi dapat bertemu dengan seorang bapak-bapak, mereka tiba di Puncak halu pada pukul 15.06 WIB.

Setelah tiba di Puncak Halu lalu melanjutkan perjalanan menuju Puncak 1809 atau yang mereka sebut “Puncak Labil” karena mereka kebingungan akan melanjutkan perjalanan atau mendirikan bivak di puncak tersebut. Akhirnya memutuskan melanjutkan perjalanan menuju mata air yang penulis dan tim lihat di peta. Namun lokasi tidak kunjung ditemukan hingga pukul 17.50 WIB memutuskan mendirikan bivak di ketinggian 1695 mdpl atau Puncak Pacet. Puncak tersebut dinamakan Puncak Pacet karena di sana banyak ditemukan hewan pacet.

Di Puncak Pacet mereka mendirikan bivak dan beristirahat semalam, juga melakukan briefing untuk mempersiapkan perjalan esok hari. Di Puncak Pacet mereka berencana melakukan survival namun kondisi tidak memungkinkan, maka  memutuskan malakukan survival esok hari.

Hari Selasa, 17 November mereka melanjutkan perjalanan dengan menggunakan sistem potong kompas ke arah 249˚, mereka melakukan perintisan jalur berjalan menuruni punggungan hingga menemukan sungai. setelah itu berjalan mengikuti arah 232˚ sungai hingga menemukan danau yang terkenal dengan sebutan “Lembah Tengkorak”. mereka memutuskan melakukan kegiatan survival di danau tersebut dan bermalam disana. Adapun kegiatan survival yang dilakukan di danau tersebut yaitu :

1.      Membuat Bivak Alam

Langkah pertama yang penulis lakukan yaitu mencari lahan yang nyaman, setelah itu mencari kayu dan mengumpulkannya, lalu mengukur ukuran bivak agar bivak tidak terlalu sempit juga tidak terlalu besar. Setelah itu membuat kerangka bivak dan mengikat antara kayu satu dengan kayu yang lainnya menggunakan bahan yang ada dialat seperti akar-akaran. Setelah kerangka bivak kokoh lalu mencari daun-daun untuk menutupi bivak agar bivak hangat dan jika hujan air tidak masuk kedalam bivak. Langkah terakhir yaitu membuat parit agar ketika hujan turun air mengalir tidak masuk ke dalam bivak.

2.      Mencari Zoologi dan Botani

Ada banyak botani dan zoologi dialam bebas yang bisa dikonsumsi oleh kita jika kita kehabisan persediaan makanan, namun tidak semua dapat dikonsumsi. Beberapa zoologi yang dapat dikonsumsi, diantaranya, cacing, ulat sagu, ular, burung, ayam hutan, dll. Saat penulis melakukan kegiatan survival penulis dapat menemukan ikan, dan mengolahnya dengan cara dibungkus dengan daun pisang lalu dimasukan kedalam bara api. Beberapa botanipun tidak dapat dikonsumsi, karena banyak botani di alam yang mengandung racun. Botani yang tidak boleh dikonsumsi yaitu daunnya berwarna mencolok, berduri, berbulu, bergetah bening, dan masih banyak kriteria lainnya. Saat penulis melakukan survival penulis menemukan jantung pisan dan mengolahnya dengan cara direbus selama 4 kali sampai getahnya hilang, lalu menaburinya dengan garam.

Selanjutnya Rabu, 18 November 2020  melanjutkan perjalanan menuju Puncak Pangparang, jalur yang dilalui adalah jalur yang sudah ada tepatnya jalur yang sering dilalui oleh pemburu walaupun masih sangat rimbun. Perjalanan menuju puncak pangparang ditempuh dengan waktu sekitar 6 jam, selanjutnya melanjutkan perjalanan menuju Kampung Pangli mengikuti jalur yang sering digunakan oleh motor cross, hingga menemukan ujung jalan koral dan memutuskan istirahat di rumah salah satu warga Kampung Pangli.

Hari Kamis, 19 November 2020 mereka melanjutkan perjalanan menuju Puncak Palasari yaitu puncak terakhir pada pengembaraan ini, jalur yang dilalui yaitu dengan melewati jalan raya selama kurang lebih setengah jam, lalu mulai melakukan perjalanan dengan mengikuti jalur yang sudah ada, perjalanan ditempuh sekitar 2 jam dengan jalur yang tidak terlalu rumit. Kegiatan pengembaraan ini terlaksana dalam waktu 7 hari 6 malam. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Anda Disini

Postingan Terbaru

TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII

 TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII      Telah dilaksanakan kegiatan Temu Wicara Kenal Medan XXXII pada tanggal 6 - 12 Juni 2022 di Tasikmalaya t...