Bandung, 02 April 2017, Satuan Rimbawan Pegiat Alam (SATRIAPELA) Universitas Bina Sarana Informatika Bandung kembali menggelar sebuah kegiatan yang berupa Pendidikan Lanjutan (DIKJUT), yang merupakan bagian dari program kaderisasi untuk anggota muda menjadi anggota penuh. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari mulai dari 01-02 April 2017 di Tebing Hawu, Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Sistematika kegiatan masih tetap sama seperti kegiatan sebelumnya, hanya saja kali ini terfokus kepada materi secara teoritis dan pengaplikasian di lapangan. Selain itu, fungsi dari pendidikan lanjutan yang diadakan, berperan dalam penguasaan anggota muda dalam materi panjat tebing (rock climbing).
Kegiatan
ini melibatkan semua anggota SATRIAPELA, baik Badan Pengurus Harian yang
memegang peran fungsi dalam pelaksanaannya, maupun anggota yang sudah tidak
aktif di kepengurusan. Selain itu, landasan dasar dilaksanakannnya pendidikan
lanjutan tersebut untuk memupuk moril serta loyalitas para anggota muda
terhadap Organisasi. Secara essensi, kegiatan tersebut mengandung makna serta
pemahaman secara dasariah, dimana semua manusia harus mengenal alam sekitarnya.
Baik potensi untuk manfaat kehidupan maupun untuk mensyukuri karunia yang telah
diberikan Tuhan yang maha esa.
Dalam
pelaksanaan pra-kegiatan, secara teoritis anggota muda dibimbing untuk
menguasai materi secara holistik. Hal tersebut dilakukan karena bekal yang akan
di bawa pada saat pelaksanaan dilapangan sangat penting sekali. Meskipun hanya
secara lisan dan tulisan, tapi setidaknya anggota muda mendapat pemahaman
tersebut dan tahu mengenai dasar dan tehnik dari panjat tebing (rock climbing).
Jika ditanyakan fungsinya, tentu saja materi merupakan awal dasar dari sudut pandang
tertentu dalam sebuah kegiatan. Meskipun praktik yang praktis dan lengkap
adalah di medan yang sebenarnya. Dalam kondisi tersebut, pengaplikasian secara ‘real’ akan menentukan baik dan buruknya
suatu kapasitas manusianya itu sendiri. Karena secara empiris, ‘sesuatu yang nyata, adalah hal yang sedang
terjadi...’
Tapi
kegiatan Pendidikan lanjutan SATRIAPELA kali ini melibatkan salah satu mentor
atau pemateri lapangan yang kredibilitas dan berpengalaman dalam bidangnya. Hal
tersebut dilaksanakan bertujuan untuk agar para anggota muda yang mengikuti
serangkaian kegiatan dapat memahami secara langsung. Baik secara teoritis
maupun secara praktisi. Alasan dipilihnya tebing hawu yang berada di
padalarang, karena dalam beberapa tahun terakhir kondisi tebing tersebut cukup
aman dan nyaman untuk dipakai sebagai sarana latihan maupun kegiatan panjat
tebing. Segala persiapan sudah dilakukan sejak di sekretariat SATRIAPELA.
Perjalanan menggunakan kereta lokal dengan tujuan kiaracondong-padalarang.
Jarak tempuh hanya satu jam perjalanan. Meskipun singkat, namun perjalanan
dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota menuju lokasi.
Setibanya
di lokasi, seluruh panitia dan peserta pendidikan lanjutan menempuh jarak kurang
lebih sekitar satu kilometer. Dari jalan raya menuju tebing hawu, suasana
perjalanan di awali dengan banyaknya pabrik-pabrik pengolahan batu granit,
marmer, dan juga batu cadas. Meskipun suasananya begitu berdebu, tapi tidak
menyurukan langkah untuk menuju tebing hawu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk
sampai ke lokasi. Di tengah perjalanan yang agak menurun (sebelumnya harus
melalui sebuah tanjakan) suasana megah tebing peninggalan dari zaman purba tersebut
tampak mempesona di kedua mata. Bagaikan pilar-pilar raksasa dalam sebuah
kisah-kisah ‘fairytale’. Tebing hawu tampak menjulang tinggi, dimana uniknya struktur
tebing alam tersebut memiliki lubang besar yang menganga Layaknya sebuah mulut
goa yang sangat besar.
Setelah
sampai di kaki tebing hawu, para panitia pendidikan lanjutan dan peserta
(anggota muda) melakukan orientasi medan (mengamati keadaan sekitar). Dimana
hal tersebut wajib dilakukan untuk memastikan kondisi perkemahan yang akan
didirikan aman dan nyaman. Tapi hal tersebut hanya dilakukan di medan-medan
yang jarang atau tak pernah disinggahi oleh orang-orang kebanyakan. Setelah
menemukan lahan yang cocok untuk mendirikan perkemahan, akhirnya semua panitia
beserta peserta beristirahat sejenak. Walaupun hanya untuk sekedar memasak,
makan, dan mempersiapkan sedikit materi tambahan untuk kegiatan di esok hari.
Walaupun
cuaca kurang mendukung, namun kegiatan berlangsung dengan baik. Karena faktor
cuaca bagi kegiatan panjat tebing sangat berpengaruh sekali. Jika tebing basah
karena air hujan, resiko terluka maupun tergelincir bisa menjadi hal yang fatal
bagi si pemanjat, apalagi sampai terjatuh dan mengakibatkan kematian. Oleh
karena itu segala persiapan sedini mungkin harus siap serta dilakukan secara
teliti, baik persiapan dari peralatan maupun individulnya itu sendiri. Karena
mental yang kurang, sama resikonya mengakibatkan kesalahan yang besar.
Begitupula dengan peralatan yang kurang memadai, sudah pasti akan lebih memperburuk
kegiatan panjat tebing.
Tapi
dalam kondisi tersebut para peserta pendidikan lanjutan SATRIAPELA, diberikan
materi serta pelatihan secara bertahap. Sedikit demi sedikit namun mengerti.
Pemateri dan mentor pun dengan sabar membimbing para peserta. Setelah itu,
kegiatan dasar panjat tebing seperti SRT (Single Rope Technic), tali temali
menggunakan simpul, free climbing, ascending- descending, hingga pengenalan
berbagai macam peralatan panjat tebing. Walaupun sebagian peserta masih banyak
memerlukan pengetahuan yang lebih mengenai panjat tebing. Tapi pada hari itu,
semua materi berhasil disampaikan dengan baik. Hal tersebut tidak terlepas dari
kerjasama tim panitia dan peserta serta pemateri.
Ketika
matahari mulai meninggi, kegiatan pun dihentikan sejenak dan dilanjutkan dengan
acara makan siang bersama. Seluruh pihak yang terkait pun bersama-sama
melakukan kegiatan yang begitu mencirikan pegiat alam bebas. Yakni, ‘makan
secara terbuka dan bersama-sama’. Dimana kegiatan tersebut mengandung filosofi
kebersamaan dalam segala suasana serta perbedaan yang ada. Semua menyatu
menikmati hidangan yang telah disajikan.
Ketika
acara makan bersama selesai, maka dilanjutkan dengan obrolan santai membahas
materi selanjutnya. Dimana kala itu, pemberian materi tidak begitu panjang
lebar, hanya secara garis besarnya saja. Lantas dilanjutkn dengan kegiatan free
climbing. Dimana semua peserta dipersilahkan untuk menjelajahi tebing hawu yang
sangat kokoh. Disini mental dan kekuatan fisik sangat diperlukan. Tidak hanya
itu, seorang ‘Belayer’ pun memegang peran penting di bawah untuk menjaga
stabilitas dan mengawasi si pemanjat dengan benar.
Setelah
semua serangkaian kegiatan panjat tebing usai, maka semua panitia dan pesertapun
melakukan packing serta membereskan semua peralatan untuk pulang. Kala itu,
cuaca sedikit gerimis. Walaupun kabut turun dengan intensitas yang sedikit,
namun rasa lelah telah menguasai para peserta. Perjalanan pulang pun dilanjukan
dari lokasi tebing hawu menuju stasiun padalarang, dengan tujuan menuju stasiun
kiaracondong, bandung.(Wg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar Anda Disini