Minggu, 09 April 2017

PENDIDIKAN LANJUTAN ROCK CLIMBING HAYUNNING TANTULAR


Bandung, 02 April 2017, Satuan Rimbawan Pegiat Alam (SATRIAPELA) Universitas Bina Sarana Informatika Bandung kembali menggelar sebuah kegiatan yang berupa Pendidikan Lanjutan (DIKJUT), yang merupakan bagian dari program kaderisasi untuk anggota muda menjadi anggota penuh. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari mulai dari 01-02 April 2017 di Tebing Hawu, Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Sistematika kegiatan masih tetap sama seperti kegiatan sebelumnya, hanya saja kali ini terfokus kepada materi secara teoritis dan pengaplikasian di lapangan. Selain itu, fungsi dari pendidikan lanjutan yang diadakan, berperan dalam penguasaan anggota muda dalam materi panjat tebing (rock climbing).

Kegiatan ini melibatkan semua anggota SATRIAPELA, baik Badan Pengurus Harian yang memegang peran fungsi dalam pelaksanaannya, maupun anggota yang sudah tidak aktif di kepengurusan. Selain itu, landasan dasar dilaksanakannnya pendidikan lanjutan tersebut untuk memupuk moril serta loyalitas para anggota muda terhadap Organisasi. Secara essensi, kegiatan tersebut mengandung makna serta pemahaman secara dasariah, dimana semua manusia harus mengenal alam sekitarnya. Baik potensi untuk manfaat kehidupan maupun untuk mensyukuri karunia yang telah diberikan Tuhan yang maha esa.


Dalam pelaksanaan pra-kegiatan, secara teoritis anggota muda dibimbing untuk menguasai materi secara holistik. Hal tersebut dilakukan karena bekal yang akan di bawa pada saat pelaksanaan dilapangan sangat penting sekali. Meskipun hanya secara lisan dan tulisan, tapi setidaknya anggota muda mendapat pemahaman tersebut dan tahu mengenai dasar dan tehnik dari panjat tebing (rock climbing). Jika ditanyakan fungsinya, tentu saja materi merupakan awal dasar dari sudut pandang tertentu dalam sebuah kegiatan. Meskipun praktik yang praktis dan lengkap adalah di medan yang sebenarnya. Dalam kondisi tersebut, pengaplikasian secara ‘real’ akan menentukan baik dan buruknya suatu kapasitas manusianya itu sendiri. Karena secara empiris, ‘sesuatu yang nyata, adalah hal yang sedang terjadi...’

Tapi kegiatan Pendidikan lanjutan SATRIAPELA kali ini melibatkan salah satu mentor atau pemateri lapangan yang kredibilitas dan berpengalaman dalam bidangnya. Hal tersebut dilaksanakan bertujuan untuk agar para anggota muda yang mengikuti serangkaian kegiatan dapat memahami secara langsung. Baik secara teoritis maupun secara praktisi. Alasan dipilihnya tebing hawu yang berada di padalarang, karena dalam beberapa tahun terakhir kondisi tebing tersebut cukup aman dan nyaman untuk dipakai sebagai sarana latihan maupun kegiatan panjat tebing. Segala persiapan sudah dilakukan sejak di sekretariat SATRIAPELA. Perjalanan menggunakan kereta lokal dengan tujuan kiaracondong-padalarang. Jarak tempuh hanya satu jam perjalanan. Meskipun singkat, namun perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan kota menuju lokasi.

Setibanya di lokasi, seluruh panitia dan peserta pendidikan lanjutan menempuh jarak kurang lebih sekitar satu kilometer. Dari jalan raya menuju tebing hawu, suasana perjalanan di awali dengan banyaknya pabrik-pabrik pengolahan batu granit, marmer, dan juga batu cadas. Meskipun suasananya begitu berdebu, tapi tidak menyurukan langkah untuk menuju tebing hawu. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke lokasi. Di tengah perjalanan yang agak menurun (sebelumnya harus melalui sebuah tanjakan) suasana megah tebing peninggalan dari zaman purba tersebut tampak mempesona di kedua mata. Bagaikan pilar-pilar raksasa dalam sebuah kisah-kisah ‘fairytale’. Tebing hawu tampak menjulang tinggi, dimana uniknya struktur tebing alam tersebut memiliki lubang besar yang menganga Layaknya sebuah mulut goa yang sangat besar.
Setelah sampai di kaki tebing hawu, para panitia pendidikan lanjutan dan peserta (anggota muda) melakukan orientasi medan (mengamati keadaan sekitar). Dimana hal tersebut wajib dilakukan untuk memastikan kondisi perkemahan yang akan didirikan aman dan nyaman. Tapi hal tersebut hanya dilakukan di medan-medan yang jarang atau tak pernah disinggahi oleh orang-orang kebanyakan. Setelah menemukan lahan yang cocok untuk mendirikan perkemahan, akhirnya semua panitia beserta peserta beristirahat sejenak. Walaupun hanya untuk sekedar memasak, makan, dan mempersiapkan sedikit materi tambahan untuk kegiatan di esok hari.

Walaupun cuaca kurang mendukung, namun kegiatan berlangsung dengan baik. Karena faktor cuaca bagi kegiatan panjat tebing sangat berpengaruh sekali. Jika tebing basah karena air hujan, resiko terluka maupun tergelincir bisa menjadi hal yang fatal bagi si pemanjat, apalagi sampai terjatuh dan mengakibatkan kematian. Oleh karena itu segala persiapan sedini mungkin harus siap serta dilakukan secara teliti, baik persiapan dari peralatan maupun individulnya itu sendiri. Karena mental yang kurang, sama resikonya mengakibatkan kesalahan yang besar. Begitupula dengan peralatan yang kurang memadai, sudah pasti akan lebih memperburuk kegiatan panjat tebing.

Tapi dalam kondisi tersebut para peserta pendidikan lanjutan SATRIAPELA, diberikan materi serta pelatihan secara bertahap. Sedikit demi sedikit namun mengerti. Pemateri dan mentor pun dengan sabar membimbing para peserta. Setelah itu, kegiatan dasar panjat tebing seperti SRT (Single Rope Technic), tali temali menggunakan simpul, free climbing, ascending- descending, hingga pengenalan berbagai macam peralatan panjat tebing. Walaupun sebagian peserta masih banyak memerlukan pengetahuan yang lebih mengenai panjat tebing. Tapi pada hari itu, semua materi berhasil disampaikan dengan baik. Hal tersebut tidak terlepas dari kerjasama tim panitia dan peserta serta pemateri.

Ketika matahari mulai meninggi, kegiatan pun dihentikan sejenak dan dilanjutkan dengan acara makan siang bersama. Seluruh pihak yang terkait pun bersama-sama melakukan kegiatan yang begitu mencirikan pegiat alam bebas. Yakni, ‘makan secara terbuka dan bersama-sama’. Dimana kegiatan tersebut mengandung filosofi kebersamaan dalam segala suasana serta perbedaan yang ada. Semua menyatu menikmati hidangan yang telah disajikan.

Ketika acara makan bersama selesai, maka dilanjutkan dengan obrolan santai membahas materi selanjutnya. Dimana kala itu, pemberian materi tidak begitu panjang lebar, hanya secara garis besarnya saja. Lantas dilanjutkn dengan kegiatan free climbing. Dimana semua peserta dipersilahkan untuk menjelajahi tebing hawu yang sangat kokoh. Disini mental dan kekuatan fisik sangat diperlukan. Tidak hanya itu, seorang ‘Belayer’ pun memegang peran penting di bawah untuk menjaga stabilitas dan mengawasi si pemanjat dengan benar.


Setelah semua serangkaian kegiatan panjat tebing usai, maka semua panitia dan pesertapun melakukan packing serta membereskan semua peralatan untuk pulang. Kala itu, cuaca sedikit gerimis. Walaupun kabut turun dengan intensitas yang sedikit, namun rasa lelah telah menguasai para peserta. Perjalanan pulang pun dilanjukan dari lokasi tebing hawu menuju stasiun padalarang, dengan tujuan menuju stasiun kiaracondong, bandung.(Wg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar Anda Disini

Postingan Terbaru

TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII

 TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII      Telah dilaksanakan kegiatan Temu Wicara Kenal Medan XXXII pada tanggal 6 - 12 Juni 2022 di Tasikmalaya t...