TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII
Telah dilaksanakan kegiatan Temu Wicara Kenal Medan XXXII pada tanggal 6 - 12 Juni 2022 di Tasikmalaya tepatnya di kampus Universitas Siliwangi, yang diikuti oleh seluruh MAPALA indonesia dengan tema "Konsistensi Mahasiswa Pecinta Alam di tengah Pandemi terhadap Penyelamatan Ekosistem Laut"BERANDA SATRIAPELA
SATRIAPELA || Alamat : Jln. Sekolah Internasional No.1-6, Antapani - Bandung.
Sabtu, 27 Januari 2024
TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII
NAPAK TILAS GUNUNG LAWU
PRESS
REALESE NAPAK TILAS
Setelah proses tiket dan swab selesai
mereka baru diperbolehkan masuk gerbong kereta pada pukul 22.30 dan kereta
memulai perjalanan pada pukul 23.10 – 08.19. Jarak perjalanan kereta ini
menempuh waktu yang lumayan lama yaitu 8 jam 29 menit, Pada Hari Rabu 09 Juni
2022 mereka sampai dikota tujuan Solo Jawa Tengah menaiki kereta ekonmi
Kahuripan dengan harga yang pas di kantong mahasiswa yaitu Rp.80.000 perorang
sudah bisa mendapatkan satu tiket perjalanan. bersyukur dalam perjalanan Kereta
tidak mendapat kendala apapun dan perjalalanan lancar. Untuk bisa sampai di
Basecamp Candi Cetho Gunung Lawu mereka menaiki bis gratis menuju Termial
Tirtonadhi dan dilanjutkan dengan menaiki bis gratis menuju Terminal Palur
sampai pada pukul 09.40. Sesampainya disana meyempatkan untuk istirahat dan
sarapan terlebih dahulu selama 20 menit. Pukul 10.00 – 11.00 melanjutkan
perjalanan menaiki bis meuju Terminal Karagpandan dengan harga Rp.25.000
perorang.
Satu jam perjalan dilanjutkan belanja
bahan makanan dan perbekalan untuk melakukan pendakian selama 25 Menit. Pukul
11.25 selesai belanja lalu melanjutkan perjalanan menaiki bis dengan harga
Rp.35.000 perorang menuju basecamp Candi Cetho menempuh jarak selama 45 menit.
Pukul 12.00 – 13.30 lalu melakukan registrasi sambil beristirahat dan mempacking
belanajaan perbekalan. Mereka bisa mendapatkan tiket pendakian setelah
melengkapi persyaratan registrasi yaitu KTP salah satu aggota sebagai jaminan
dan membayar simaksi sebesar Rp.20.000 perorang, mereka melakukan perjalanan
dari basecamp Candi Cetho menuju pos 3 menempuh waktu selama 4 jam, tidak
sesuai rencana yang mereka berencana ingin mendirikan tenda di pos gupak
menjangan sebab fisik yang sudah kelelahan dan cuaca yang sudah mulai gelap
pada pukul 17.30.
Mereka mendirikan tenda, ishoma, dan
menghangatkan tubuh dengan perapia selama 2 jam 30 menit di pos 3 kemudian
dilanjutkan tidur selama 8 jam 30 menit. Jum’at 10 Juni 2022 lalu bangun pada
pukul 05.30 untuk kembali menyiapkan peralatan dan perbekalan yang akan dibawa
melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Lawu. Pukul 06.00 lalu melanjutkan
perjalanan dengan membawa logistik seperluya untuk mempermudah. Dikarenakan
mereka belum sarapan,maka menyempatkan sedikit waktu pada pukul 09.30 untuk
sarapan nasi pecel dan telur goring di warung mbok yem. Setelahnya melanjutkan
kembali perjalanan menuju puncak pada pukul 10.00 – 11.00. Setelah menempuh
waktu selama 5 jam dari pos 3 mereka sampai di puncak gunung Lawu degan
ketinggian 3.265 MDPL. Sesampainya disana melakukan Upacara kecil, ishoma dan
membuat dokumetasi Puncak gunug Lawu, upacara dibuat sesimple mugkin.
Setelah selesai melakukan kegiatan
dipuncak gunung Lawu mereka turun menuju pos 3 pada pukul 14.00 – 16.00
kemudian mempacking kembali peralatan yang mereka tinggal di pos 3 selama 30
menit, lalu melanjutkan perjalanan dari pos 3 menuju basecamp Candi Cetho
dengan menempuh waktu 1 jam 30 menit kemudian registrasi ulang untuk mengambil
KTP salah satu anggota yang dijadika jaminan. Setelah selesai kegiatan ini mereka
sudah janjian utuk dijemput oleh senior (Bang Cengo).
Selasa, 30 Agustus 2022
EKSPEDISI 10 PUNCAK KAWASAN BANDUNG BARAT SUMEDANG GARUDA SAILENDRA
PRESS REALESE EKSPEDISI 10 PUNCAK KAWASAN BANDUNG BARAT SUMEDANG DAN SUBANG GARUDA SAILENDRA
Kegiatan pengembaraan ini dinamakan “Ekspedisi 10 Puncak Kawasan Bandung Barat, Sumedang dan Subang Angkatan X Garuda Sailendra SATRIAPELA” yang dilaksanakan selama 7-8 hari, di kawasan Pegunungan Kabupaten Bandung Barat, Sumedang, dan Subang. Bentuk kegiatanya berupa Ekspedisi 10 Puncak dengan output meliputi : Pemetaan jalur, Perintisan Jalur, Ansosped dan Survival. Kegiatan ini diikuti oleh 5 peserta akan melakukan kegiatan dijalur Puncak Pasir Buleud, Puncak Bukit Tunggul, Puncak 1890 mdpl, Puncak Sanggara, Puncak Putri, Puncak Ipis, Puncak 1744 mdpl, Puncak 1804 mdpl, Puncak Puncak Pangparang, Puncak Palasari.
Kegiatan pengembaraan ini dimulai dari Hari Jumat, 13 November 2020, dilakukan upacara pelepasan di kampus ARS University pada pukul 15.00 WIB, lalu setelah itu bersiap siap mengemas seluruh logistik untuk melanjutkan perjalanan menuju Kampung Pasir Angling. Setelah tiba di Kampung Pasir Angling melakukan kegiatan Antropologi Sosiologi Pedesaan, penulis bertanya banyak hal tentang keadaan wilayah sekitar juga adat istiadat dan juga jalur yang akan dilalui pada kegiatan ekspedisi ini kepada warga setempat, dan penulis juga ikut menginap semalam dirumah warga setempat. Hari Sabtu, 14 November 2020 bersiap dan melakukan sarapan terlebih dahulu, setelah itu berpamitan kepada Bapak Yoman selaku pemilik rumah juga mengucapkan terimakasih karena telah bersedia menampung. Pada pukul 07.05 WIB memulai perjalanan, dimulai dari Bumi Perkemahan Bukit Tunggul, penulis melihat Puncak Pasir Buleud dan Puncak Bukit Tunggul lalu dilakukannya Resection dan diperoleh titik koordinat tempat 107˚49”10’BT dan 06˚42’4”LS, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Puncak Pasir Buleud dengan mengikuti jalur yang sudah ada yang sering dilalui warga sekitar juga masih bisa digunakan kendaraan motor. Pada jalur menuju Puncak Pasir Buleud menemukan sungai yaitu pada saat langkah ke 818 lalu mengisi kompan untuk persediaan air. Mereka tiba di Puncak Pasir Buleud pada pukul 09.30 WIB. Setelah tiba di Puncak Pasir Buleud merka melakukan istirahat sekitar setengah jam selanjutnya akan melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bukit Tunggul.
Perjalanan menuju Puncak Bukit Tunggul merupakan perjalanan paling rumit selama kegiatan pengembaraan dilapangan berlangsung. Perjalanan dimulai dengan berjalan ke arah 95˚ dari Puncak Pasir Buleud lalu berjalan mengikuti punggungan, setelah itu berpindah punggungan. Setelah berpindah punggungan penulis dan tim melakukan perintisan jalur dari lereng hingga menuju puncak Gunung Bukit Tunggul sampai, karena saat menuju ke puncak penulis dapat menemukan jalur sehingga penulis berjalan mengikuti jalur. Perjalanan menuju Puncak Bukit Tunggul ditempuh selama 9 jam, penulis tiba di Puncak Bukit Tunggul pada ketiga, yaitu Hari Minggu, 15 November 2020, karena saat melakukan perintisan waktu sudah mulai malam, lalu penulis memutuskan mendirikan bivak semi di lerengan Bukit Tunggul dengan titik koordinat 107˚43’19” BT dan 06˚48’40 LS dengan suhu 23,3 C pada pukul 12.25 WIB. Hari Minggu, 15 November 2020 melakukan melakukan sarapan pagi dan pemanasan dan bersiap untuk melakukan perjalanan pada pukul pada hari itu penulis masih harus melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bukit Tunggul. setelah menempuh waktu sekitar 4 jam lebih penulis tiba di puncak Bukit Tunggul pada pukul 12.25 WIB dengan suhu 22.3 C sebelum itu kami melakukan istirahat selama setengah jam.
Pada pukul 12.25 WIB lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju puncak 1890 mdpl atau yang kami sebut dengan “Puncak Masker” karena dipuncakan tersebut mereka melihat masker menggantung diatas pohon yang ada dipuncak tersebut, selanjutnya berjalan ke arah 120˚ dari Puncak Bukit Tunggul lalu berjalan menuruni punggungan, sampai pada langkah 3710 langkah lalu berpindah punggungan ke arah 60˚ dan tiba di Puncak Masker pada pukul 14.15 WIB dengan suhu perjalanan dari puncak Bukit Tunggul ke Puncak Masker ditempuh sekitar 2 jam.
Setelah tiba di Puncak masker lalu melanjutkan perjalanan ke arah 90˚ dengan mengikuti jalur yang mereka lalui selama kegiatan Pendidikan Lanjutan X hingga tiba di ketinggian 1744 mdpl atau terkenal dengan sebutan “Taman Survival” mereka memutuskan untuk mendirikan bivak di tempat tersebut dengan titik koordinat 107˚44’39” BT dan 06˚48’46” LS dengan suhu 16˚ C pada pukul 18.33 WIB, ditempat tersebut dapat dijumpai aliran mata air. Hari Senin, 16 November 2020 mereka bersiap untuk melanjutkan perjalan menuju Puncak Sanggara. Jalur menuju Puncak Sanggara lumayan rumit karena jalur curam mereka harus menaiki punggungan dan berpegangan pada akar. Perjalanan dari tempat camp 2 menuju Puncak Sanggara ditempuh sekitar 2 jam, mereka tiba di Puncak Sanggara pada pukul 09.15 WIB lalu melakukan istirahat sekitar 15 menit.
Setelah tiba di Puncak Sanggara selanjutnya melanjutkan perjalanan ke
Puncak Putri diawalai dengan menuruni punggungan lalu mengikuti jalur yang
sudah ada. Perjalanan di tempuh selama 65 menit, mereka tiba di Puncak Putri
pada pukul 10.35 WIB.
Setelah tiba di Puncak Putri lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju
Puncak Ipis penulis berjalan ke arah 42˚ derajat menuruni punggungan Puncak
Putri, namun karena jalur yang akan dilalui sangat curam maka melipir kesebelah kanan. mereka melakukan perintisan jalur dipunggungan Puncak
Putri hingga berada dijalan buntu karena sampai di depan jurang yang
sangat curam. Lalu mereka mengamati keadaan alam sekitar,
saat itu cuaca sedang hujan lalu sambil menunggu hujan reda mereka melakukan briefing, dan memutuskan melanjutkan perjalanan dan menuruni
punggungan sebelah kiri dan melakukan perintisan jalur hingga menemukan
punggungan. Selanjutnya menuruni punggungan jalur tersebut sangat curam
juga sangat licin, berjalan menuruni punggungan untuk mencari
punggungan Puncak Ipis, namun jalur sangat rimbun dan curam. Selanjutnya melakukan briefing dan memutuskan untuk mengganti
jalur pengembaraan dengan memindahkan sudut pergerakan ke arah 75˚. Selanjutnya melanjutkan perjalanan dan mengganti Puncak Ipis dengan Puncak 1799
mdpl atau yang kami sebut “Puncak Halu” karena saat perjalanan mereka merasa halusinasi dapat bertemu dengan seorang bapak-bapak, mereka tiba di
Puncak halu pada pukul 15.06 WIB.
Setelah tiba di Puncak Halu lalu melanjutkan perjalanan menuju Puncak 1809
atau yang mereka sebut “Puncak Labil” karena mereka kebingungan akan melanjutkan
perjalanan atau mendirikan bivak di puncak tersebut. Akhirnya memutuskan melanjutkan perjalanan menuju mata air yang penulis dan tim lihat di
peta. Namun lokasi tidak kunjung ditemukan hingga pukul 17.50 WIB memutuskan mendirikan bivak di ketinggian 1695 mdpl atau Puncak Pacet. Puncak
tersebut dinamakan Puncak Pacet karena di sana banyak ditemukan hewan pacet.
Di Puncak Pacet mereka mendirikan bivak dan beristirahat semalam, juga
melakukan briefing untuk mempersiapkan perjalan esok hari. Di Puncak
Pacet mereka berencana melakukan survival namun kondisi
tidak memungkinkan, maka memutuskan malakukan survival esok
hari.
Hari Selasa, 17 November mereka melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
sistem potong kompas ke arah 249˚, mereka melakukan perintisan jalur berjalan
menuruni punggungan hingga menemukan sungai. setelah itu berjalan mengikuti
arah 232˚ sungai hingga menemukan danau yang terkenal dengan sebutan “Lembah Tengkorak”.
mereka memutuskan melakukan kegiatan survival di danau tersebut dan bermalam disana. Adapun kegiatan survival yang dilakukan di
danau tersebut yaitu :
1. Membuat Bivak Alam
Langkah pertama yang penulis lakukan yaitu
mencari lahan yang nyaman, setelah itu mencari kayu dan mengumpulkannya, lalu
mengukur ukuran bivak agar bivak tidak terlalu sempit juga tidak terlalu besar.
Setelah itu membuat kerangka bivak dan mengikat antara kayu satu dengan kayu
yang lainnya menggunakan bahan yang ada dialat seperti akar-akaran. Setelah
kerangka bivak kokoh lalu mencari daun-daun untuk menutupi bivak agar bivak
hangat dan jika hujan air tidak masuk kedalam bivak. Langkah terakhir yaitu membuat
parit agar ketika hujan turun air mengalir tidak masuk ke dalam bivak.
2. Mencari Zoologi dan Botani
Ada banyak botani dan zoologi dialam bebas yang bisa dikonsumsi oleh kita jika kita kehabisan persediaan makanan, namun tidak semua dapat dikonsumsi. Beberapa zoologi yang dapat dikonsumsi, diantaranya, cacing, ulat sagu, ular, burung, ayam hutan, dll. Saat penulis melakukan kegiatan survival penulis dapat menemukan ikan, dan mengolahnya dengan cara dibungkus dengan daun pisang lalu dimasukan kedalam bara api. Beberapa botanipun tidak dapat dikonsumsi, karena banyak botani di alam yang mengandung racun. Botani yang tidak boleh dikonsumsi yaitu daunnya berwarna mencolok, berduri, berbulu, bergetah bening, dan masih banyak kriteria lainnya. Saat penulis melakukan survival penulis menemukan jantung pisan dan mengolahnya dengan cara direbus selama 4 kali sampai getahnya hilang, lalu menaburinya dengan garam.
Selanjutnya Rabu, 18 November 2020 melanjutkan perjalanan menuju
Puncak Pangparang, jalur yang dilalui adalah jalur yang sudah ada tepatnya
jalur yang sering dilalui oleh pemburu walaupun masih sangat rimbun. Perjalanan
menuju puncak pangparang ditempuh dengan waktu sekitar 6 jam, selanjutnya melanjutkan perjalanan menuju Kampung Pangli mengikuti jalur yang sering
digunakan oleh motor cross, hingga menemukan ujung jalan koral dan memutuskan
istirahat di rumah salah satu warga Kampung Pangli.
Hari Kamis, 19 November 2020 mereka melanjutkan perjalanan menuju Puncak Palasari yaitu puncak terakhir pada pengembaraan ini, jalur yang dilalui yaitu dengan melewati jalan raya selama kurang lebih setengah jam, lalu mulai melakukan perjalanan dengan mengikuti jalur yang sudah ada, perjalanan ditempuh sekitar 2 jam dengan jalur yang tidak terlalu rumit. Kegiatan pengembaraan ini terlaksana dalam waktu 7 hari 6 malam.
Senin, 14 September 2020
Pendidikan Lanjutan Divisi Gunung Hutan(GH)
Press Release Pendidikan Lanjutan SATRIAPELA X
(Bandung, 04 September 2020), Satuan Rimbawan Pegiat Alam (SATRIAPELA) kembali mengadakan kegiatan Pendidikan Lanjutan X divisi Gunung Hutan (GH). Kegiatan yang sekaligus program kerja tahunan tersebut merupakan salah satu prosedur wajib yang diadakan rutin setiap tahunya . Terdapat dua divisi di SATRIAPELA yakni divisi Gunung Hutan(GH) dan divisi Rock Climbing(RC). Kegiatan ini diikuti oleh Anggota Muda(AM) yang berjumlah lima orang, dua orang putra dan tiga orang putri, didampingi oleh Badan Pengurus Harian(BPH) sekaligus sebagai panitia pelaksana yang berjumlah empat orang dan satu orang senior angkatan Kabut Dharma.
Kegiatan pendidikan lanjutan GH dilaksanakan pada tanggal 01 s/d 03 September 2020 yang bertempatkan di Kawasan Bukit Tunggul dan Gunung Sanggara Jawa Barat. Kegiatan yang berlangsung tiga hari dua malam ini berupa praktek Navigasi Darat, dan lintas jalur.
Titik kumpul keberangkatan di kampus ARS University, tepatnya pukul 07.15 WIB panitia dan AM berangkat ke lokasi Desa Pasir Angling Lembang Jawa Barat menggunakan satu mobil bus mini untuk AM dan empat motor untuk panitia. Pasir Angling merupakan titik awal pendakian menuju puncak Bukit Tunggul yang ketinggiannya 2206 diatas permukaan laut. Pukul 08.30 tiba di lokasi Pasir Angling yang merupakan kawasan wisata camping. Sulitnya sumber air di Kawasan Bukit Tunggul serta musim kemarau yang melanda Bandung panitia memutuskan mengisi air di rumah warga setempat dan menitipkan kendaraan motor di rumah warga. Pukul 09.30 WIB pelaksanaan upacara pembukaan DIKJUT X SATRIAPELA di kawasan camp Buper Pasir Angling. Setelah upacara AM mulai praktek navigasi darat untuk menentukan titik koordinat awal di kawasan camp Buper. Pukul 11.00 WIB AM mulai pendakian ke puncak Bukit Tunggul tentunya menggunakan peta dan kompas sebagai penunjuk arah. Beberapa titik sudah di tentukan oleh panitia saat survey lokasi untuk dicari titik koordinatnya oleh AM. Estimasi waktu yang sudah ditentukan tidak tercapai mengakibatkan AM harus bermalam di lerengan Bukit Tunggul. Pukul 16.30 WIB AM mendirikan bivak semi didampingi panitia yang jarak bivaknya tidak jauh dari AM. Kegiatan malam pun dilaksanakan di lereng Bukit Tunggul yaitu mengolah data hasil praktek navigasi tadi siang, melakukan sharing, evaluasi kegiatan dan istirahat tidur.
Hari kedua kegiatan DIKJUT X tanggal 02 September 2020, tepatnya pukul 06.30 WIB AM melanjutkan perjalanan menuju ke puncak Bukit Tunggul. Setelah sampai di puncak AMpun sarapan pagi dan melanjutkan pencarian data serta menentukan titik koordinat. Selanjutnya pukul 08.00 mulai lintas jalur menuju ke jalur Gunung Sanggara dengan membuka jalur sendiri. Pukul 14.00 AIB AM tiba di kawasan camp kopi Gunung Sanggara, di hari kedua ini AM bermalam di kawasan camp kopi. Di kawasan camp kopi ini tersedia sumber air dan bahan untuk mendirikan bivak alam. Pada malam hari AM mengolah data, sharing, evaluasi kegiatan, dan istirahat tidur.
Hari ketiga kegiatan DIKJUT X tanggal 03 September 2020, pukul 08.30 WIB AM melanjutkan perjalanan menuju basecamp Gunung Sanggara serta melanjutkan pencarian data dan titik koordinat. AM dan panitia tiba di basecamp pukul 11.00 WIB. setelah istirahat beberapa saat tepatnya pukul 13.00 AM dan panitia kembali ke kampus.
Kegiatan Dikjut X divisi GH ini telah dilaksanakan, AM akan melanjutkan ke kegiatan yang selanjutnya yaitu DIKJUT divisi Rock Climbing(RC) di kawasan Tebing Citatah Jawa Barat. DIKJUT yang ke X tersebut mendapat dukungan penuh dari pihak-pihak terkait seperti pihak lembaga Kampus ARS University, dan beberapa pihak lainya.
Pendidikan Lanjutan X Divisi Rock Climbing(RC)
Press Release Pendidikan Lanjutan Divisi Rock Climbing
(Bandung 14 September 2020), Rangkaian Kegiatan Pendidikan Lanjutan(DIKJUT) Satuan Rimbawan Pegiat Alam(SATRIAPELA) X sampai pada DIKJUT divisi Rock Climbing(RC) yang dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 13 September di Kawasan Tebing Citatah 125. Sebelumnya telah dilaksanakan DIKJUT divisi Gunung Hutan(GH) di Kawasan Bukit Tunggul dan Gunung Sanggara pada tanggal 01 s/d 03 September 2020. Program kerja wajib yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya untuk melanjutkan sistem kaderisasi juga regenerasi keanggotaan dan kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) SATRIAPELA ARS University. Kegiatan berlangsung tiga hari dua malam yang diikuti oleh lima Anggota Muda(AM) dua orang putra dan tiga orang putri serta didampingi oleh empat orang Badan Pengurus Harian(BPH) sekaligus sebagai panitia pelaksana dibantu oleh beberapa organisasi Mahasiswa Pecinta Alam(MAPALA) Bandung diantaranya Arga Wilis ISBI, Wanasatrya Yapari ABA, Haimacala FT UNBAR dan PMPA Ranger STIE INABA sebagai pemateri. Titik kumpul panitia dan AM di kampus ARS University pukul 07.00, tepatnya pukul 07.15 berangkat ke lokasi Tebing Citatah. Pukul 08.30 tiba di lokasi, AM dan panitia persiapan mendirikan tenda dan cek alat-alat climbing.
Kegiatan di hari pertama dimulai pukul 13.00 s/d 16.30 pengenalan alat, safety procedure pemanjatan, teknik pemanjatan artificial dipandu oleh Kang Wilman dari Arga Wilis ISBI dan Teh Mae dari PMPA Ranger STIE INABA. Setelah selesai pematerian dilanjutkan dengan cek alat panjat serta clean area. Untuk kegiatan malam hari berupa evaluasi dan briefing untuk kegiatan selanjutnya.
Hari kedua tanggal 12 September pukul 08.30 s/d 12.00 praktek tali temali yang digunakan untuk pemanjatan, materi ini disampaikan oleh Kang Evan dari Wanasatrya Yapari ABA. Setelah itu dilanjutkan pukul 13.00 praktek pemanjatan dengan teknik artificial yang didampingi oleh panitia dan pemateri yaitu kang Wilman dan Teh Mae. Untuk pemanjatan ini AM dibagi menjadi dua kelompok masing-masing tiga anggota, dikarenakan jumlah AM ada lima orang, akhirnya dibantu oleh kang karung dari Haimacala untuk menambah jumlah pemanjat. Masing-masing kelompok pemanjat terdiri dari leader(pemanjat pertama), belayer(panjat kedua) dan pemanjat ketiga. Dikarenakan waktu yang semakin sore, melebihi dari estimasi waktu yang sudah ditentukan kelompok kedua ditunda praktek pemanjatan nya dilanjutkan di hari esok. Pukul 16.30 pengecekan kembali alat panjat dan clean area. Malam harinya evaluasi kegiatan dan briefing untuk kegiatan selanjutnya.
Hari ketiga tanggal 13 September 2020 pukul 08.30 untuk materi di hari ketiga yaitu praktek pemanjatan sport, didampingi oleh panitia dan pemateri yaitu Kang wilman, Teh mae, serta Kang Aziz dari Haimacala FT UNBAR. Am yang terdiri dari dua kelompok, untuk kelompok pertama mulai pemanjatan sport, kemudian untuk kelompok kedua masih melanjutkan praktek artficial yang sempat tertunda kemarin. kegiatan praktek di hari terakhir ini selesai tepat pukul 13.00. Panitia dan AM bersiap-siap untuk packing logistik, cek alat dan clean area. Pukul 15.30 s/d 16.00 dilanjutkan evaluasi kegiatan. Puncak acara DIKJUT yaitu upacara penutupan yang berlangsung dengan khidmat di kawasan Tebing Citatah 125, tepat pukul 17.00 panitia dan AM kembali pulang ke kampus.
Selasa, 26 November 2019
PENGENALAN DAN ORIENTASI MEDAN(ORMED) SATUAN RIMBAWAN PEGIAT ALAM(SATRIAPELA) KE- X
Jumat, 26 Juli 2019
Pengembaraan Satriapela IX
Kegiatan ini dibuka pada hari senin, 22 Juli 2019 yang ditandai dengan upacara yang bertempat di lapang Universitas BSI Bandung yang dihadiri oleh pihak yang selalu mendukung seperti pihak Lembaga Kampus dan Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas BSI Bandung.
Pengembaraan di tahun ke-IX ini oleh Anggota Muda dari angkatan Cakrawala Bawana di ikuti 4 Anggota Muda, diantaranya 3 wanita dengan nama rimba Pedet, Gempal dan Becok serta 1 pria Lengon. Kegiatan pengembaraan ini masih dalam konsep yang sama seperti pengembaraan ke-VIII berupa Survival, Zoopologi Botani, Mapping dan Antropologi dan Sosisologi Pedesaan serta kegiatan penanaman bibit pohon yang bertujuan sedikit membantu untuk pelestarikan kawasan.
Berakhirnya kegiatan Pengembaraan semoga dapat menambah ilmu bagi diri Anggota Muda dalam melakukan setiap perjalanan di alam bebas. Selanjutnya Anggota Muda akan mengikuti tahap terakhir yaitu Sidang Pengembaraan untuk menjadi Anggota Penuh SATRIAPELA-UBSI.
Kamis, 25 April 2019
PENDIDIKAN LANJUTAN ANGKATAN IX
Rabu, 30 Januari 2019
PENDIDIKAN DASAR SATRIAPELA-UBSI KE-IX CAKRAWALA BAWANA
Rabu, 12 Desember 2018
MENGENALKAN DAN BELAJAR DIALAM
Kamis, 09 Agustus 2018
TENTANG BAGAIMANA KAMI MENGENANG SEJARAH
(Dok.Puncak Lawu) |
Postingan Terbaru
TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII
TEMU WICARA KENAL MEDAN XXXII Telah dilaksanakan kegiatan Temu Wicara Kenal Medan XXXII pada tanggal 6 - 12 Juni 2022 di Tasikmalaya t...
-
Press Release Pendidikan Lanjutan SATRIAPELA X (Bandung, 04 September 2020), Satuan Rimbawan Pegiat Alam (SATRIAPELA) kembali mengadakan ...
-
(Bandung, 25 februari 2017) Satuan Rimbawan Pegiat Alam Universitas BSI Bandung (SATRIAPELA-UBSI) untuk yang pertama kalinya mengadakan...